Sukseskan karir anda dengan kuliah lanjut !


Setelah lulus kuliah strata 1 (S1) atau Diploma 3 (D3), setiap wisudawan dihadapkan pada banyak pilihan profesi. Saya membagi luasnya pilihan profesi ini ke dalam beberapa kelompok profesi. Dasar dari pengelompokan profesi ini adalah pengalaman saya ketika dalam waktu yang bersamaan menjadi dosen dan manajer di pusat karir Institut Teknologi Telkom pada tahun 2011. Berikut klasifikasi profesi menurut saya:

 

  1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [1], akademisi adalah orang yang berpendidikan tinggi atau anggota suatu akademi. Definisi ini merupakan definisi yang formal. Sedangkan definisi akademisi yang mungkin lebih bisa dimengerti oleh orang awam menurut saya adalah orang yang fokus bergerak di suatu bidang keilmuan dengan memperhatikan aspek-aspek akademis. Beberapa pekerjaan yang masuk kategori profesi akademisi ini adalah guru, dosen dan peneliti. Guru mendidik dan mengajar di sekolah, Dosen mengajar, meneliti dan mengabdi pada masyarakat di perguruan tinggi sedangkan peneliti fokus melakukan penelitian di lembaga penelitian milik pemerintah seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) atau di lembaga penelitian swasta misal Lingkaran Survei Indonesia atau Litbang di perusahaan media massa.
  1. Mayoritas alumni (angkanya bisa mencapai 80% dari total lulusan per periode wisuda) sebuah perguruan tinggi memilih untuk bekerja sebagai Intrapreneur. Intrapreneur ini adalah orang yang mengabdi bekerja secara professional sebagai anggota tetap dari sebuah perusahaan. Pegawai Negeri Sipil / PNS, karyawan BUMN, karyawan di perusahaan, anggota tetap Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM, artis yang tergabung di sebuah production house merupakan contoh pekerjaan di bidang profesi ini.
  1. Banyak orang yang memiliki persepsi bahwa enterpreneur adalah pengusaha/pedagang saja. Persepsi ini kurang tepat, karena menurut saya, definisi lebih luas dari enterpreneur adalah orang yang memiliki sumber daya mandiri, ide baru, inovasi dan mampu menerapkan sumber daya, ide dan inovasi tadi menjadi sebuah aktivitas bisnis/sosial yang bermanfaat lebih besar bagi diri pribadi dan masyarakat (diadaptasi dari definisi [2]). Contoh pekerjaan yang masuk profesi ini adalah pengusaha, pedagang, pendiri/penggiat LSM, aktivis lingkungan, politikus, pelawak, artis yang tidak tergantung lagi pada satu production house tertentu, anggota partai politik.

Screen Shot 2016-01-30 at 8.36.26 AM

Ketiga profesi ini memiliki jenjang karir tersendiri. Naiknya seseorang dari jenjang karir yang lebih rendah ke jenjang karir yang lebih tinggi tentu akan berakibat langsung kepada kesejahteraan finansial orang yang bersangkutan. Untuk profesi akademisi, jenjang karir yang bisa ditempuh antara lain jabatan fungsional akademis untuk dosen, golongan jabatan untuk guru, dan level senioritas peneliti. Bagi profesi intrapreneur, jenjang karir sangat tergantung dengan kebijakan human capital / Sumber Daya Manusia di perusahaan atau organisasi tempat bekerja. Misalnya kenaikan golongan pekerjaan, level pekerjaan, dll. Sedangkan bagi enterpreneur, jenjang karir lebih diartikan sebagai seberapa besar dampak dari penerapan sumber daya, inovasi dan idenya bagi pribadi dan masyarakat sekitar. Misal, bagi pengusaha yang daerah usahanya tadinya hanya di satu kota, lalu bertambah sukses merambah ke beberapa kota lain. Atau bagi aktivis lingkungan yang tadinya hanya mengandalkan dana pribadi melakukan konservasi alam, ternyata sekarang mendapatkan tambahan dana dari pemerintah atau perbankan.

Saya sering mendapatkan pertanyaan dari para fresh graduate di kampus saya tentang bagaimana caranya bergerak naik dengan cepat pada jenjang karir tertentu. Jawaban saya singkat: lanjutkan kuliah anda untuk menambah kompetensi. Saya punya justifikasi tentang bagaimana pengaruh melanjutkan kuliah bagi setiap kelompok profesi. Berikut justifikasi saya:

Karena fokus di keilmuan tertentu, maka tentu saja profesi akademisi merupakan profesi yang paling menuntut penambahan ilmu/kompetensi lewat melanjutkan kuliah. Bahkan, peraturan pemerintah sangat ketat menggariskan bahwa dosen minimal memiliki pendidikan Strata dua / Magister. Dan jika anda bukan dosen, tapi peneliti, maka untuk bisa menembus hibah skala yang lebih tinggi pun anda harus memiliki level akademik Strata Tiga / Doktoral.  Untuk jenis profesi akademisi, saya menganjurkan agar mengambil peminatan Magister atau Doktoral yang linear dengan bidang riset anda sebelumnya. Linearitas ini –selain merupakan persyaratan DIKTI- juga akan membantu membuat anda memiliki pemahaman mendalam tentang suatu permasalahan di bidang keilmuan anda.

Intrapreneur merupakan profesi yang membutuhkan keterlibatan rutin dan penuh dari anggota organisasi dalam menyelesaikan target organisasi. Sifat pekerjaan yang rutin hari demi hari kadang membuat orang yang bekerja di suatu organisasi profit/perusahaan atau organisasi non profit lupa untuk menambah kompetensinya. Seringkali penambahan kompetensi pada profesi ini dilakukan dengan mengambil pelatihan singkat ataupun sertifikasi. Namun, menurut saya, hal ini belumlah cukup. Kenapa ? menghadapi tantangan pada era pasar bebas ASEAN seperti sekarang ini, setiap organisasi dihadapkan pada kebutuhan untuk merubah secara radikal model bisnis, proses bisnis, orientasi bisnis, cara bekerja dan masih banyak lagi untuk bisa tetap bertahan atau bahkan memenangkan persaingan. Ambil contoh, perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Memang, sekarang mereka sudah tidak lagi mengandalkan suara dan pesan singkat. Semuanya sudah beralih ke layanan data. Tapi, ingat, saat ini, saingan mereka bukan lagi operator dalam negeri, tapi juga operator luar negeri atau bahkan perusahaan raksasa seperti Google –dengan kemampuan riset yang luar biasa, kapitalisasi modal yang sangat kuat- yang bisa menghadirkan produk telekomunikasi yang sangat canggih, mudah digunakan dan terjangkau harganya. Oleh karena itu, perusahaan telekomunikasi di Indonesia sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki wawasan teknologi yang luas dan atau mendalam tapi juga harus memiliki kemampuan analisa model bisnis yang hebat. Tentu saja, untuk bisa memiliki kedua-duanya anda harus mengambil kuliah lanjut. Saat ini, di Indonesia dan luar negeri sudah banyak perguruan tinggi yang menawarkan program studi magister terapan yang mengkorelasikan beberapa bidang. Menurut saya, teman-teman yang bekerja sebagai intrapreneur di sebuah organisasi membutuhkan kuliah lanjut yang berbeda dengan teman-teman profesi akademisi. Profesi Intrapreneur membutuhkan bidang keilmuan yang tidak mendalam, tapi lebih ke arah terapan dan dikorelasikan dengan sangat baik terhadap bidang lain. Sebagai contoh, magister teknologi informasi dan pariwisata di Belanda.

Profesi terakhir yang akan saya bahas adalah enterpreneur. Pasti, orang-orang akan banyak yang berpendapat bahwa jenis profesi yang terakhir ini tidak butuh kuliah lanjut J . Hehehehe, pendapat ini menurut saya wajar, karena di profesi entrepreneur yang paling penting adalah seberapa cepat kita menangkap peluang, seberapa tepat guna ide kita terkait peluang/permasalahan dan bagaimana business plan kita dalam merealisasikan ide tersebut. Tapi, harap diperhatikan seorang entrepreneur bisa memperluas dampak dari aktivitasnya kepada pribadi atau masyarakat dikarenakan dia memiliki keunggulan eksekusi ide dan wawasan serta link yang luas. Menurut saya, ketiga hal tersebut bisa dipenuhi dengan mengambil kuliah lanjut. Pada beberapa program studi Enterpreneurship Doctoral/MSc in Enterpreneurship [3] yang saya amati di luar negeri, para mahasiswa progam doktoral ini banyak mendapatkan ekspos terhadap model bisnis terkini/tercanggih, wawasan teknologi dan bahkan akses ke berbagai komunitas entrepreneur. Dengan demikian, setelah selesai mengambil Enterpreneurship Doctoral, mereka mendapatkan banyak tambahan kompetensi untuk bisa memajukan bisnis/eksekusi ide mereka. Tapi tentu saja, menurut saya, jenis kuliah lanjut untuk profesi entrepreneur memang sangat berbeda dengan kuliah lanjut untuk dua profesi sebelumnya. Para Enterpreneur membutuhkan fleksibilitas kuliah yang sangat tinggi dan akses ke komunitas pemilik modal / ventura yang luas. Sayangnya di Indonesia, sepengetahuan saya belum ada prodi yang menyediakan layanan kuliah lanjut seperti ini .

Kesimpulan yang bisa saya sampaikan untuk mengakhiri tulisan saya ini adalah, apapun profesi yang anda pilih, penambahan kompetensi adalah hal yang wajib untuk anda lakukan. Dan melanjutkan kuliah adalah cara terbaik untuk menambah kompetensi anda. Selamat melanjutkan kuliah dan semoga anda lebih sukses di karir anda J

 

Daftar Pustaka:

[1]. http://kbbi.web.id/akademisi

[2]. http://www.temukanpengertian.com/2013/07/pengertian-entrepreneur.html

[3]. http://www.phdportal.eu/studies/134065/innovation-and-entrepreneurship.html

 

Sumber gambar:

[4]. https://juarsa.files.wordpress.com/2010/08/akademisi.jpg

[5]. http://www.entrepreneur.com/article/224791

[6]. http://www.businesspr.today/2014/05/04/the-intrapreneurship-imperative/


Leave a Reply